Kamis, 01 Oktober 2015

MERAIH IMPIAN



Tema   : Kewirausahaan

MERAIH IMPIAN

       Mentari telah keluar dari tempat persembunyiannya, Menyinari dan menerangi dunia ini kembali. Burung-burung berkicau riang menyambut datangnya sang mentari. Saat aku duduk menyendiri di depan rumah, sambil menatap langit yang biru dan menikmati kicauan burung. Tiba-tiba terngiang sebaris kata ayah yang selalu bergeming di telingaku "Nanda kamu pasti bisa!", Kata-kata itu laksana dentuman meriam di rongga dadaku. Setiap kali aku teringat kata-kata ayahku, aku semakin merasakan beban berat di pundakku. Beban itu semakin kurasakan karena urutanku sebagai sulung dari lima bersaudara dan tidak mudah bagiku untuk menjalani hidup sebagai anak sulung. Kurasakan pula beban orang tuaku yang kian menjadi, yang semakin menambah beban dalam diriku. Ayah bekerja sebagi PNS, terlibat aktif di dunia jurnalistik dan organisasi. Tidak mengherankan jika bunda ikut membantu keuangan keluarga yang banyak dengan membuka warung yang sederhana di samping rumah kami.
       Padatnya aktivitas yang dijalani kedua orang tuaku terekam kuat di dalam benakku. Seakan kerja keras menjadi menu wajib dalam hidupku, terlebih lagi aku akan meneruskan sekolahku di bangku kuliah. Tangisku pun pecah saat cita-citaku untuk meneruskan kuliah tak tersampaikan. Dua kali aku mengalami kegagalan. Pertama, saat aku gagal masuk fakultas kedokteran karena faktor biaya, kuingat selalu kata-kata ibu di hatiku.
       "Kita tak punya cukup uang untuk memasukkanmu pada fakultas kedokteran yang kau inginkan” ucap Bunda menenangkanku.
       Akupun mengerti bahwa kedua orang tuaku tak akan mampu untuk membayar kuliahku di fakultas kedokteran yang sangat banyak membutuhkan biaya. Kedua, ketika gagal mendaftar ke STPDN karena tinggi badanku yang tidak memenuhi syarat atau kurang. Kedua kegagalan itu membuatku kecewa dan putus asa karena aku merasa tak dapat membanggakan kedua orang tuaku. Ayah dan ibu tidak pernah putus asa untuk membangkitkan semangatku lagi.
       Untuk mengobati kekecewaanku, keputuskan untuk membantu bunda menjaga warung. Sembari menjaga warung aku juga belajar bagaimana cara berwirausaha dan belajar ketegaran bunda menghadapi kesulitan hidup. Hampir setiap hari bunda tidur larut malam hanya untuk menyambung kain perca menjadi bed cover yang akan dijual di swalayan untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarga kami. Kupanjatkan selalu doa untuk bunda agar selalu diberikan kesehatan lahir dan batin dan selalu diberikan kelancaran pada setiap usaha yang dikerjakan bunda. Aku sangat bangga pada bunda yang pekerja keras.
       Suatu hari ayah berhenti bekerja sebagai PNS dan berorganisasi. Ayah mulai melirik dunia usaha. Sederet profil pengusaha sukses ayah lahap guna mempelajari kegigihan para pengusaha dalam merintis usahanya. Benih tumbuh juga dalam diri Nanda, terlebih setelah Nanda menyerap ilmu para pengusaha sukses yang berasal dari buku milik ayahnya itu. Buku itu penuh dengan kata-kata yang menyampaikan motivasi pada pembacanya..
       Dua kegagalan itu berakhir saat aku dapat masuk dan diteerima di Jurusan bahasa inggris. Kutekuni  pendidikanku dengan serius dan sepenuh hati dalam melaksanakannya. Faktor biaya sebagai kendala finansial mendorongku untuk merambah dunia kerja disamping kesibukanku kuliah. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Suatu hari, saudara sepupuku menemuiku.
       “Nanda, ada kios yang akan dijual di seberang kampus. Bagaimana jika kita patungan untuk membeli kios itu, lalu kita jual pakaian disana?” kata saudara sepupuku.
       “Baiklah, aku setuju apalagi tempat itu sangat strategis” Jawab ku menyetujui.
       Aku pun menyetujui usulan saudara perempuanku itu apalagi tempat itu sangat baik karena dekat dengan kampusku. Tidak kusangka usaha ku bersama saudaraku menuai hasil yang gemilang. Kedua orang tuaku merasa bangga padaku. Saat bunda datang menemuiku di kios dan memberi pujian padaku.
       “wah, ternyata Nanda sudah meraup banyak untung nih”.                                                Kesibukanku di dunia usaha tidk lantas menggangu ku dalam hal prestasi di ranah akademis.
       Seiring berjalannya waktu, jaringan bisnisku semakin meluas. Ayah sekarang mempunyai jadwal ceramah sebagai motivator yang mendorongku ikut membantunya. Terjunlah aku merambah dunia event organizer. Lahan bisnis ini menuai sukses. Usaha penjualan tiket pesawat pun ikut aku lakukan hingga membuahkan beberapa kantor cabang di berbagai kota.
       Kesuksesan itu tak lantas membuat ku angkuh di hadapan tuhan dan keluarga. Karena berkat bimbingan tuhan dan motivasi kedua orang tuaku dapat mengelola bisnis ini dan menuai kesuksesan.
TAMAT....

WAHYU SAFITRI